Oyot: Arti Peribahasa Bagai Air di Daun Talas dalam Kehidupan Sehari-hari

Arti Peribahasa Bagai Air Di Daun Talas
Written by Kak Oyot in Peribahasa.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai orang-orang yang sulit ditebak sikap dan pendiriannya. Hari ini setuju, besok berubah pikiran. Dalam bahasa kita, fenomena ini dirangkum dengan baik lewat peribahasa, salah satunya "bagai air di daun talas". Arti peribahasa bagai air di daun talas menggambarkan seseorang yang tidak memiliki pendirian tetap, mudah terombang-ambing oleh keadaan atau pengaruh orang lain. Seperti air yang tidak bisa menetap di permukaan daun talas, begitulah orang yang labil, tidak bisa diandalkan konsistensinya.

Jika diperhatikan lebih dalam, arti peribahasa bagai air di daun talas tidak sekadar menggambarkan ketidakkonsistenan. Ia juga menyentil realitas sosial bahwa ketegasan sikap adalah kualitas yang mulai langka. Dalam era media sosial, misalnya, orang bisa dengan mudah mengganti pendapat hanya karena tren berubah atau opini publik bergeser. Seseorang bisa mendukung suatu hal hari ini, lalu mengecamnya esok hanya karena tekanan komentar. Arti peribahasa bagai air di daun talas terasa semakin relevan dalam konteks ini, karena banyak yang terjebak dalam arus pembentukan opini tanpa menyaring terlebih dahulu.

Di lingkungan kerja, arti peribahasa bagai air di daun talas kerap terlihat pada rekan kerja yang tidak konsisten dalam keputusan. Pagi menyetujui proposal A, siang berubah mendukung proposal B. Ketika hasilnya buruk, dia menyalahkan orang lain, seakan tidak pernah terlibat. Ketika hasilnya bagus, dia menuntut pengakuan, seakan dia yang paling berperan. Arti peribahasa bagai air di daun talas menyoroti karakter semacam ini: tidak punya pijakan, gampang berubah arah sesuai kepentingan, dan kadang menyulitkan kerja tim karena tidak jelas posisi dan komitmennya.

Dalam lingkup keluarga, arti peribahasa bagai air di daun talas bisa tercermin dalam pola asuh yang tidak konsisten. Seorang orang tua yang hari ini memberi izin, tapi besok melarang hal yang sama tanpa alasan logis, akan membingungkan anak. Anak jadi tidak tahu mana batas yang jelas, mana nilai yang benar. Arti peribahasa bagai air di daun talas menjadi peringatan bahwa ketegasan dan konsistensi sangat penting dalam mendidik, agar anak tumbuh dengan rasa aman dan prinsip yang kuat.

Persahabatan pun tak luput dari contoh arti peribahasa bagai air di daun talas. Kita pasti pernah bertemu teman yang bersikap berbeda tergantung siapa yang ada di sekitarnya. Di depan kita ramah, membela, dan setuju; tapi di belakang bisa ikut menjelekkan atau menyangkal semuanya. Ini bukan hanya soal loyalitas, tapi juga tentang keaslian diri. Arti peribahasa bagai air di daun talas mengingatkan bahwa sikap semacam itu mudah merusak kepercayaan dan menghancurkan hubungan.

Dalam konteks pribadi, arti peribahasa bagai air di daun talas bisa menjadi refleksi diri. Apakah kita termasuk orang yang gampang bimbang? Apakah keputusan kita sering berubah karena takut tidak disukai atau ingin menyenangkan semua pihak? Jika iya, mungkin saatnya menata ulang nilai dan tujuan hidup. Arti peribahasa bagai air di daun talas bisa menjadi cermin untuk melihat seberapa kokoh prinsip yang kita pegang, dan apakah kita sudah jujur pada diri sendiri.

Pendidikan pun tak lepas dari makna yang terkandung dalam arti peribahasa bagai air di daun talas. Ketika sistem pendidikan atau kurikulum berubah terlalu sering tanpa evaluasi menyeluruh, hasilnya bisa membingungkan siswa dan guru. Anak-anak menjadi kelinci percobaan kebijakan. Dalam hal ini, arti peribahasa bagai air di daun talas bukan hanya menggambarkan individu, tapi juga kebijakan yang labil dan tidak berpijak pada data atau kebutuhan nyata.

Di tengah arus perubahan zaman, tekanan sosial, dan banyaknya informasi yang datang dari berbagai arah, arti peribahasa bagai air di daun talas mengajak kita untuk lebih berhati-hati. Bukan berarti kita tidak boleh fleksibel, tapi fleksibilitas yang sehat tetap punya prinsip dasar. Beda antara adaptif dan labil. Arti peribahasa bagai air di daun talas membantu membedakan mana sikap terbuka terhadap perubahan, dan mana yang sekadar ikut-ikutan tanpa dasar.

Bahkan dalam dunia politik, arti peribahasa bagai air di daun talas sangat terasa. Banyak politisi yang bersikap mendua, menyesuaikan pendapat sesuai kepentingan kelompok atau arah angin survei. Janji kampanye bisa berubah begitu duduk di kursi kekuasaan. Publik mulai sulit percaya karena sudah terlalu sering melihat tokoh yang katanya berpihak, tapi sikapnya tak pernah jelas. Arti peribahasa bagai air di daun talas menjadi metafora kuat untuk menggambarkan krisis integritas ini.

Terakhir, arti peribahasa bagai air di daun talas juga menjadi pengingat bahwa hidup yang baik membutuhkan keteguhan. Bukan keras kepala, tapi punya pendirian. Bukan fanatik, tapi punya kompas moral yang tidak mudah goyah. Dunia memang terus berubah, tapi tanpa landasan yang kokoh, kita akan mudah hanyut. Arti peribahasa bagai air di daun talas, jika diresapi dengan jujur, bisa menjadi bahan introspeksi yang bernilai: apakah kita sudah hidup dengan keyakinan yang kita pahami, atau hanya mengikuti arah angin tanpa tahu ke mana ingin pergi.




© 2025 OyotPrivacyDisclaimerContactLogin