
Bagi sebagian orang, pohon bungur hanyalah pohon hias dengan bunga ungu atau merah muda yang menawan saat mekar. Namun, di balik keindahannya, tersimpan cerita yang menumbuhkan mitos pohon bungur di tengah masyarakat. Kepercayaan ini berkembang turun-temurun, bercampur antara kepercayaan kuno, pengalaman mistis warga, dan pengamatan sehari-hari yang sulit dijelaskan dengan logika. Pohon bungur pun akhirnya tak sekadar pelengkap trotoar atau penghias taman kota, melainkan juga jadi simbol yang diselimuti aura magis.
Mitos pohon bungur umumnya berkisar pada keyakinan bahwa pohon ini bisa menjadi ‘penjaga’ rumah atau pekarangan dari hal-hal gaib. Ada yang percaya bahwa menanam pohon bungur di halaman depan akan menghalau roh jahat atau energi negatif. Karena itulah banyak rumah-rumah tradisional, terutama di daerah-daerah, yang sengaja menanam pohon bungur di dekat pagar atau gerbang masuk. Mitos pohon bungur seperti ini membuat orang enggan menebangnya sembarangan. Beberapa orang tua bahkan mewanti-wanti anak cucunya agar jangan iseng menebas cabang bungur tanpa tujuan jelas karena bisa mengundang bala.
Di sisi lain, mitos pohon bungur juga berkaitan dengan keberuntungan. Sebagian orang meyakini bahwa pohon bungur membawa hoki bagi pemilik rumah, terutama jika bunganya rajin mekar. Konon, semakin lebat bunga bungur, semakin deras rezeki yang mengalir ke pemiliknya. Cerita ini masih dipegang di beberapa desa dan pinggiran kota, di mana mitos pohon bungur jadi alasan kenapa warga tetap merawat pohon ini meski akarnya kadang merusak trotoar atau jalur air. Harapan untuk hidup sejahtera membuat orang sabar menata akarnya agar tak merusak bangunan.
Selain urusan mistis, mitos pohon bungur juga punya sisi menarik bila dilihat dari sudut pandang budaya. Di beberapa daerah, mitos pohon bungur sering muncul dalam cerita rakyat atau ritual tertentu. Misalnya, di perkampungan tua, pohon bungur sering dijadikan penanda wilayah keramat. Tempat di bawah pohon bungur kadang dipakai untuk ritual tolak bala atau sekadar bertapa mencari wangsit. Karena itulah, mitos pohon bungur tidak hanya sekadar dongeng menakut-nakuti, tetapi juga menjadi bagian dari identitas komunitas.
Meski mitos pohon bungur terdengar mistis, tak sedikit orang yang kemudian memadukan kepercayaan ini dengan pengetahuan modern. Masyarakat kini mulai sadar bahwa di balik mitos pohon bungur, ada fakta ilmiah yang membuatnya sangat bermanfaat bagi lingkungan. Pohon bungur dikenal tangguh hidup di berbagai jenis tanah, dari tanah kering sampai pinggir jalan beraspal. Ia tumbuh cepat, akarnya kuat menahan erosi, dan rantingnya lebat memberi keteduhan. Berkat sifat ini, pemerintah kota di banyak daerah memanfaatkan pohon bungur sebagai peneduh jalan raya.
Tak hanya itu, mitos pohon bungur juga ikut membantu orang lebih peduli pada pelestarian pohon. Karena dipercaya membawa keberuntungan, orang cenderung merawat pohon ini dengan baik. Hal ini secara tak langsung mendukung upaya penghijauan di kawasan padat penduduk. Bayangkan bila mitos pohon bungur tidak pernah ada — bisa jadi banyak orang enggan menanamnya karena menganggap perawatannya repot. Justru berkat cerita-cerita mistis itu, pohon bungur tetap lestari dan memberi kontribusi nyata dalam mengurangi polusi udara.
Dalam dunia botani, bungur atau Lagerstroemia speciosa punya manfaat ekologi yang signifikan. Ia termasuk jenis pohon yang menyerap banyak karbon dioksida. Daunnya yang rimbun mampu menahan debu, meredam panas, dan memperbaiki kualitas udara di sekitarnya. Jadi, di balik mitos pohon bungur sebagai pembawa hoki atau pelindung rumah, ada kontribusi ilmiah yang membuktikan betapa pentingnya pohon ini di area perkotaan yang panas dan padat kendaraan bermotor.
Uniknya, mitos pohon bungur justru membuat banyak orang rela merogoh kocek untuk membeli bibitnya. Di pasar tanaman hias, bungur punya harga lumayan karena orang percaya menanamnya mendatangkan kebaikan. Kadang, mitos pohon bungur juga dijadikan daya tarik promosi oleh penjual bibit. Ini contoh bagaimana kearifan lokal dan bisnis berjalan beriringan. Orang merasa nyaman menanamnya karena teringat wejangan leluhur, sementara pedagang diuntungkan karena permintaan pasar terus ada.
Mitos pohon bungur juga menumbuhkan kebiasaan gotong royong. Di beberapa kampung, penanaman pohon bungur dilakukan secara massal saat kerja bakti atau peringatan hari besar tertentu. Kegiatan ini bukan sekadar menanam pohon demi penghijauan, tetapi juga merawat warisan cerita lama agar tidak punah ditelan modernisasi. Dalam konteks ini, mitos pohon bungur jadi perekat hubungan sosial antarwarga karena ada rasa tanggung jawab bersama untuk merawatnya.
Meskipun begitu, sebagian orang muda mulai mempertanyakan relevansi mitos pohon bungur di era sekarang. Mereka menuntut penjelasan logis ketimbang cerita mistis. Namun, bagi banyak orang tua, mitos pohon bungur tetap hidup sebagai nasihat moral agar tidak sembarangan merusak alam. Sering kali, cerita mistis hanyalah cara kuno untuk menanamkan rasa hormat pada pohon dan lingkungan.
Akhirnya, mitos pohon bungur menunjukkan betapa cerita rakyat dapat mempengaruhi pola pikir manusia dalam menjaga alam sekitar. Kita mungkin bisa membuktikan secara sains manfaat pohon bungur bagi kualitas udara dan pengendalian suhu, tapi sulit menghapus mitos pohon bungur yang sudah berakar dalam budaya. Justru keberadaan cerita ini membuat masyarakat lebih peduli, lebih sayang pohon, dan lebih sadar pentingnya ruang hijau.
Jadi, lain kali jika melihat deretan bungur bermekaran di pinggir jalan, ingatlah bahwa di balik warna bunganya yang mencolok, mitos pohon bungur ikut berperan menjaga bumi tetap hijau. Entah dipercaya atau tidak, mitos pohon bungur patut kita syukuri karena menjembatani kearifan leluhur dengan kebutuhan modern akan lingkungan sehat. Selama pohon bungur berdiri kokoh di halaman rumah, semoga cerita tentangnya terus bersemi di hati generasi mendatang.