Oyot: Mengungkap Makna Peribahasa Ada Gula Ada Semut dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Peribahasa Ada Gula Ada Semut
Written by Kak Oyot in Peribahasa.

Mengungkap makna peribahasa ada gula ada semut dalam kehidupan sehari-hari berarti memahami bahwa sesuatu yang menarik, menguntungkan, atau menggiurkan pasti akan menarik perhatian banyak orang. Dalam konteks ini, “gula” bisa diartikan sebagai hal yang disukai atau diincar, sementara “semut” menggambarkan orang-orang yang tertarik dan datang karena tertarik oleh sesuatu itu. Peribahasa ini begitu relevan dalam dinamika sosial masyarakat modern, di mana ketertarikan seringkali timbul bukan karena ketulusan, melainkan karena ada sesuatu yang bisa dimanfaatkan.

Makna peribahasa ada gula ada semut bisa kita lihat dalam dunia usaha. Ketika sebuah bisnis mulai menunjukkan keberhasilan—misalnya omzet meningkat atau cabang bertambah—orang-orang yang sebelumnya tak peduli bisa tiba-tiba menunjukkan ketertarikan. Mereka bisa datang dalam bentuk mitra, investor, bahkan pesaing baru. Semua ini mencerminkan bagaimana daya tarik sebuah keberhasilan mengundang perhatian, layaknya gula yang dikerubungi semut. Dalam hal ini, makna peribahasa ada gula ada semut terasa sangat nyata karena mengajarkan kita untuk waspada terhadap motivasi orang di sekitar kita.

Dalam lingkungan kerja, makna peribahasa ada gula ada semut juga sering terasa. Ketika seseorang mendapat promosi atau menduduki posisi penting, perlakuan dari rekan-rekannya bisa berubah. Mereka yang tadinya biasa saja bisa menjadi sangat ramah, memberi pujian, atau bahkan mencoba mendekat demi keuntungan pribadi. Di balik senyum manis itu, sering kali tersembunyi agenda. Inilah salah satu sisi lain dari makna peribahasa ada gula ada semut: bahwa keberadaan ‘gula’ sering kali bukan hanya soal pencapaian, tapi juga soal posisi atau kekuasaan yang mengundang banyak ‘semut’.

Media sosial adalah ruang paling jelas untuk melihat makna peribahasa ada gula ada semut dalam versi kekinian. Saat seseorang viral, entah karena prestasi, kontroversi, atau sekadar tampil menarik, mendadak pengikutnya bertambah, tawaran endorse berdatangan, dan banyak pihak berlomba mendekat. Fenomena ini menunjukkan bahwa popularitas adalah gula baru di era digital. Namun, seperti semut yang datang dan pergi, perhatian itu seringkali tidak bertahan lama. Begitu gulanya habis, semut pun menghilang. Ini menunjukkan bahwa makna peribahasa ada gula ada semut bukan hanya tentang ketertarikan, tetapi juga tentang betapa singkat dan tidak stabilnya perhatian publik.

Dalam hubungan pribadi pun, makna peribahasa ada gula ada semut bisa berlaku. Ketika seseorang sedang berada di atas, banyak teman mendekat. Mereka datang dengan pujian, dukungan, bahkan ajakan kerja sama. Namun ketika orang itu jatuh atau tidak lagi berada dalam posisi menarik, banyak yang perlahan menjauh. Hal ini sering kali menyakitkan, tetapi membuka mata kita bahwa makna peribahasa ada gula ada semut mengandung pelajaran penting soal ketulusan dan kehadiran yang selektif.

Makna peribahasa ada gula ada semut juga sangat terasa dalam politik. Seorang calon pemimpin yang punya peluang menang akan dikerubungi pendukung, simpatisan, dan pihak-pihak yang ingin ikut menikmati kemenangan. Namun ketika elektabilitas menurun atau kalah dalam pemilihan, para “semut” itu cepat beralih ke “gula” lain yang lebih potensial. Dalam hal ini, makna peribahasa ada gula ada semut menjadi cermin dari kenyataan bahwa kepentingan sering mengalahkan loyalitas. Peribahasa ini menyiratkan bahwa dukungan bisa sangat bersyarat dan penuh perhitungan.

Dalam dunia pendidikan, makna peribahasa ada gula ada semut bisa terlihat ketika seseorang menjadi juara kelas atau siswa teladan. Ia akan mendapat banyak perhatian dari guru, teman, bahkan mungkin sekolah lain. Ia diundang ke berbagai acara, jadi contoh, atau dilibatkan dalam kegiatan yang bergengsi. Namun ketika prestasinya turun, perhatian itu ikut menghilang. Di sini, makna peribahasa ada gula ada semut mengajarkan bahwa pengakuan sering kali datang karena hasil, bukan karena proses atau karakter.

Bahkan dalam kegiatan komunitas atau organisasi sosial, makna peribahasa ada gula ada semut bisa dirasakan. Acara yang punya sponsor besar atau berpotensi viral akan dipenuhi relawan, media, dan peserta. Tapi ketika kegiatan tersebut tidak “menguntungkan”, banyak yang tiba-tiba absen. Ini menunjukkan bahwa ketertarikan seringkali berkaitan erat dengan eksistensi “gula”, bukan semangat pengabdian. Makna peribahasa ada gula ada semut menyadarkan kita bahwa motivasi orang dalam bergerak tidak selalu murni.

Dalam dunia hiburan, makna peribahasa ada gula ada semut juga terlihat jelas. Selebriti yang sedang naik daun akan dikelilingi manajer, fans, produser, dan berbagai pihak lain yang ingin ikut bagian dari ketenarannya. Namun begitu popularitasnya meredup, sebagian besar dari mereka akan menghilang. Fenomena ini sekali lagi menegaskan bahwa makna peribahasa ada gula ada semut adalah kenyataan sosial yang terus berulang: di mana ada keuntungan, di situ orang berkumpul; dan ketika keuntungan itu hilang, orang ikut pergi.

Akhirnya, makna peribahasa ada gula ada semut tidak hanya menggambarkan fenomena sosial yang umum terjadi, tetapi juga mengingatkan kita untuk tidak mudah silau oleh keramaian. Tidak semua yang datang saat kita berada di atas benar-benar peduli. Kita perlu bijak membedakan mana yang hadir karena nilai, dan mana yang datang hanya karena tertarik oleh manisnya “gula”. Dalam kehidupan sehari-hari, makna peribahasa ada gula ada semut memberi kita pelajaran tentang realitas interaksi sosial, yang sering kali tidak lepas dari motif tersembunyi dan kepentingan pribadi.




© 2025 OyotPrivacyDisclaimerContactLogin