
Mitos kayu blandar di rumah joglo telah lama menjadi bagian dari narasi budaya masyarakat kita. Di balik megahnya struktur rumah tradisional ini, tersembunyi berbagai kepercayaan yang diwariskan turun-temurun. Salah satunya adalah tentang kayu blandar—balok utama yang terletak di bagian atas bangunan, seringkali dipercaya memiliki kekuatan mistis. Dalam berbagai kisah yang beredar, mitos kayu blandar tak hanya menyangkut fungsi struktural, melainkan juga sebagai pelindung rumah dari gangguan gaib.
Mitos kayu blandar bukan sekadar bualan kosong bagi sebagian orang tua kita. Mereka meyakini bahwa posisi kayu ini, yang berada di puncak struktur rumah joglo, menjadi tempat berkumpulnya energi positif. Konon, ketika rumah dibangun tanpa memperhatikan kaidah spiritual terkait kayu blandar, penghuninya akan mengalami nasib buruk. Mitos kayu blandar mengakar kuat dalam kebiasaan adat pembangunan rumah, bahkan melebihi pertimbangan teknis arsitektur modern.
Kepercayaan terhadap mitos kayu blandar juga muncul dalam ritual pembangunan rumah. Banyak tukang dan empu rumah tradisional yang tidak akan memaku kayu blandar sebelum melakukan doa atau upacara kecil. Dalam tradisi kita kuno, hal ini dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap roh penunggu rumah. Mitos kayu blandar bukan hanya tentang benda mati, tapi melibatkan keyakinan bahwa unsur bangunan bisa menjadi medium komunikasi dengan alam gaib.
Di sisi lain, mitos kayu blandar kerap dipertanyakan oleh generasi muda yang cenderung lebih rasional. Mereka melihat blandar sebagai elemen struktural biasa, dan menyangsikan bahwa sebuah balok kayu bisa menentukan keselamatan penghuni rumah. Dalam perspektif ini, mitos kayu blandar dianggap bagian dari takhayul masa lalu yang tak relevan dengan perkembangan zaman. Namun, sekalipun skeptis, banyak dari mereka tetap mengikuti aturan lama saat membangun rumah, sekadar untuk "jaga-jaga".
Pengaruh mitos kayu blandar juga terasa dalam dunia seni dan sastra kita. Banyak cerita rakyat yang menggambarkan blandar sebagai garis pemisah antara dunia nyata dan dunia halus. Dalam beberapa versi, blandar disebut sebagai "atap spiritual", tempat lewatnya arwah leluhur atau makhluk halus. Narasi ini memperkuat posisi mitos kayu blandar sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar elemen bangunan—ia menjadi simbol batas antara dua dunia.
Tak sedikit juga orang yang percaya bahwa mitos kayu blandar dapat mencegah ilmu hitam atau santet masuk ke dalam rumah. Mereka meyakini bahwa selama kayu blandar tidak retak atau diganggu, maka rumah akan tetap aman dari gangguan spiritual. Karena itu, jika terjadi masalah aneh di rumah, seperti seringnya barang hilang atau penghuni sering sakit, mereka akan memeriksa kondisi blandar terlebih dahulu. Mitos kayu blandar menjadi semacam barometer spiritual bagi ketenangan rumah tangga.
Namun, tidak semua orang menerima mitos kayu blandar secara bulat. Ada pula yang berusaha menjelaskan fenomena tersebut secara psikologis. Misalnya, keberadaan blandar yang kuat dan besar memberikan rasa aman secara visual dan simbolis. Hal ini bisa menciptakan sugesti positif bagi penghuni rumah. Jadi, mitos kayu blandar mungkin bukan sekadar takhayul, melainkan bentuk arsitektur yang secara tidak langsung memengaruhi kenyamanan batin.
Perdebatan antara perlindungan dan takhayul dalam mitos kayu blandar juga memperlihatkan benturan antara tradisi dan modernitas. Di satu sisi, masyarakat ingin mempertahankan nilai-nilai leluhur sebagai identitas budaya. Di sisi lain, mereka juga mulai mempertanyakan segala hal yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Mitos kayu blandar berada di persimpangan ini—antara warisan spiritual dan kebutuhan rasional.
Menariknya, beberapa arsitek kontemporer mulai mengadopsi kembali konsep rumah joglo, lengkap dengan blandarnya, meski dalam bentuk yang lebih simbolik. Mereka tidak sepenuhnya percaya pada mitos kayu blandar, tetapi melihatnya sebagai elemen desain yang sarat makna budaya. Dengan demikian, mitos kayu blandar tetap hidup, bukan karena kekuatan gaibnya semata, tetapi karena nilai simbolik yang terus dipertahankan dan ditransformasikan.
Akhirnya, mitos kayu blandar tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari rumah joglo dan warisan budaya kita secara keseluruhan. Entah dilihat sebagai pelindung sakral atau hanya sebagai bagian dari takhayul, mitos ini menyimpan kekuatan naratif yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Dan selama masyarakat masih menghargai akar tradisinya, mitos kayu blandar akan terus bersemayam di atas setiap rumah joglo yang berdiri.