
Di banyak daerah di negara kita, suara burung tertentu yang berbunyi di malam hari kerap dikaitkan dengan hal-hal mistis. Salah satu yang paling dikenal adalah mitos burung bence. Burung ini, yang sebenarnya merupakan jenis burung hantu kecil, telah lama menjadi simbol pertanda buruk dalam berbagai cerita rakyat. Suara khasnya yang melengking dan terdengar saat malam sunyi membuat masyarakat percaya bahwa kemunculannya membawa pesan kematian atau musibah. Entah sejak kapan kepercayaan ini berakar, namun mitos burung bence terus bertahan dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam tradisi lisan, mitos burung bence sering dikaitkan dengan kematian mendadak seseorang di desa. Jika seseorang mendengar suara burung bence di dekat rumahnya, maka diyakini akan ada anggota keluarga atau tetangga yang meninggal dalam waktu dekat. Beberapa orang bahkan bisa menyebut siapa yang akan ‘dipanggil’ hanya berdasarkan arah datangnya suara. Meskipun terdengar tidak masuk akal, banyak masyarakat desa yang bersumpah pernah mengalami sendiri kebenaran dari mitos burung bence, membuatnya menjadi semacam kebenaran kolektif yang sulit diabaikan.
Salah satu kisah terkenal yang sering diceritakan untuk memperkuat mitos burung bence adalah tentang seorang ibu tua yang tinggal di pinggiran hutan. Suatu malam, ia mendengar suara burung bence bertengger di pohon dekat jendela. Esok harinya, anak lelakinya yang merantau di kota dikabarkan meninggal dalam kecelakaan. Sejak saat itu, ia menganggap burung bence sebagai makhluk pembawa firasat. Cerita seperti ini, yang tersebar luas di kalangan masyarakat, menjadi bahan bakar yang terus menyalakan keyakinan terhadap mitos burung bence.
Menariknya, mitos burung bence tidak hanya berfungsi sebagai cerita horor semata, tetapi juga menjadi bagian dari mekanisme sosial dalam masyarakat tradisional. Dengan mempercayai suara burung sebagai peringatan, orang-orang jadi lebih waspada terhadap kondisi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dalam arti tertentu, mitos burung bence menjadi alat untuk meningkatkan empati dan perhatian sosial. Namun tetap saja, bagi sebagian orang, kepercayaan ini menimbulkan ketakutan yang berlebihan, bahkan bisa berujung pada paranoia.
Dalam konteks budaya populer, mitos burung bence juga sering diangkat dalam film horor, sinetron, dan cerita pendek misteri. Suaranya yang seram dijadikan efek suara untuk membangun suasana tegang. Tak jarang, penampakan burung bence dipadukan dengan elemen hantu atau makhluk halus lainnya untuk memperkuat kesan menyeramkan. Ini menunjukkan bahwa mitos burung bence tidak hanya hidup di alam tradisi, tetapi juga di media modern yang menyebarkannya ke audiens yang lebih luas.
Namun, dari sisi ilmiah, burung bence hanyalah satu dari banyak jenis burung hantu yang hidup di Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Otus angelinae, dan ia memiliki peran penting dalam ekosistem sebagai pengendali populasi tikus. Suara melengking yang dianggap mistis itu sebenarnya adalah cara burung ini berkomunikasi, baik untuk menandai wilayah kekuasaan atau menarik pasangan. Tapi penjelasan ini sering kalah oleh kekuatan narasi yang ditawarkan oleh mitos burung bence, karena bagi banyak orang, logika tidak mampu menjelaskan peristiwa yang terasa begitu personal dan emosional.
Beberapa tokoh masyarakat dan pemuka agama berusaha mengikis kepercayaan terhadap mitos burung bence dengan memberikan penjelasan yang lebih rasional. Mereka mengajak warga untuk tidak langsung mengaitkan suara burung dengan kematian, melainkan memeriksakan kesehatan secara rutin dan memperhatikan kondisi lingkungan. Namun karena mitos burung bence sudah mendarah daging, perubahan cara pandang ini tidak bisa dilakukan dalam semalam. Dibutuhkan pendekatan yang sabar dan menghargai nilai-nilai lokal agar tidak menimbulkan resistensi.
Pada sisi lain, sebagian orang justru menerima mitos burung bence sebagai bagian dari identitas budaya. Mereka tidak merasa perlu menghapus kepercayaan itu, selama tidak menimbulkan kerugian atau menghambat kehidupan sehari-hari. Bahkan ada yang menjadikannya bahan lelucon atau cerita pengantar tidur bagi anak-anak. Dalam bentuk ini, mitos burung bence lebih sebagai warisan cerita yang mewarnai kehidupan masyarakat, bukan sesuatu yang harus ditakuti secara harfiah.
Percaya atau tidak, mitos burung bence mencerminkan bagaimana manusia selalu mencari makna di balik peristiwa alam yang tidak bisa langsung dijelaskan. Entah itu sebagai firasat, peringatan, atau sekadar cerita, burung bence telah menjadi simbol yang kaya makna dalam budaya lokal. Suara malamnya bukan hanya nyanyian alam, tapi juga gema dari keyakinan kolektif yang terus hidup di balik jendela rumah, di bawah cahaya remang bulan, dan di benak mereka yang masih menyisakan ruang untuk percaya.