
Percaya nggak percaya, mitos ambil bunga pengantin sudah jadi bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi pernikahan modern, terutama di budaya Barat yang belakangan banyak diadaptasi oleh generasi muda di berbagai belahan dunia, termasuk negara kita. Dalam setiap pesta pernikahan yang mengikuti gaya ini, akan selalu ada momen sang pengantin wanita melempar buket bunganya ke kerumunan tamu perempuan yang belum menikah. Mereka berlomba-lomba menangkapnya, karena mitos ambil bunga pengantin menyebut bahwa siapa pun yang berhasil menangkapnya akan segera menyusul naik pelaminan.
Buat sebagian orang, mitos ambil bunga pengantin dianggap sekadar permainan lucu yang memeriahkan acara. Tapi kalau ditelusuri lebih dalam, tradisi ini punya akar yang cukup panjang dan berawal dari kepercayaan kuno di Eropa. Dulu, menyentuh gaun pengantin atau bahkan mencuri sehelai benangnya diyakini bisa membawa keberuntungan. Karena dianggap terlalu mengganggu, tradisi itu lalu berkembang menjadi pengantin melemparkan bunga agar tamu bisa mendapat 'berkah' tanpa harus merusak busana. Dari sanalah mitos ambil bunga pengantin mulai terbentuk.
Seiring berjalannya waktu, mitos ambil bunga pengantin berkembang menjadi simbol harapan. Bunga sebagai lambang kesuburan, cinta, dan awal baru dipercaya bisa menularkan energi positif kepada siapa pun yang menerimanya. Dalam pandangan ini, bukan cuma soal siapa yang akan menikah berikutnya, tapi juga tentang keberuntungan dan restu dari pasangan yang baru saja resmi menjadi suami istri. Maka tidak heran jika momen ini selalu diiringi sorak sorai dan penuh antusiasme.
Namun tidak semua orang mempercayai atau menyukai mitos ambil bunga pengantin. Sebagian tamu perempuan merasa canggung atau tertekan ketika dipanggil ke tengah untuk mengikuti "rebutan" bunga. Ada juga yang menganggap bahwa mitos ambil bunga pengantin menempatkan status pernikahan sebagai tolok ukur keberhasilan perempuan, yang jelas terasa usang dan tidak relevan lagi dengan nilai-nilai modern. Dalam konteks ini, tradisi itu mulai mendapat kritik, terutama dari mereka yang ingin mematahkan stereotip sosial tentang perempuan dan pernikahan.
Meski begitu, mitos ambil bunga pengantin tetap bertahan dan malah makin populer, terutama di era media sosial. Banyak pasangan yang menganggap momen ini fotogenik dan menyenangkan untuk dibagikan. Dengan begitu, fungsi mitos tersebut tidak lagi murni soal takhayul, tapi lebih ke arah hiburan dan simbolisasi semangat persahabatan antar tamu. Dalam beberapa kasus, mitos ambil bunga pengantin bahkan menjadi ajang lucu-lucuan di mana cowok-cowok juga ikut berebut buket hanya untuk mencairkan suasana.
Uniknya, mitos ambil bunga pengantin kini juga mengalami berbagai modifikasi kreatif. Ada yang mengganti bunga dengan boneka, hadiah kecil, bahkan voucher liburan. Ini menunjukkan bahwa esensi dari tradisi itu bisa bergeser tergantung konteks dan selera pasangan. Meskipun makna aslinya bisa jadi sudah kabur, mitos ambil bunga pengantin tetap punya daya tarik karena memberi ruang interaksi ringan antara pengantin dan para tamu.
Sebagian orang percaya bahwa mitos ambil bunga pengantin punya efek kejiwaan tertentu. Ketika seseorang menangkap bunga, ada rasa bahagia, bahkan semacam afirmasi positif bahwa ia pantas dicintai dan layak untuk bahagia. Meskipun tidak semua orang yang menangkap bunga langsung menikah, perasaan optimistis yang timbul bisa memicu energi positif dalam kehidupan sosial dan percintaan. Jadi, kalau dilihat dari sisi ini, mitos ambil bunga pengantin punya efek placebo yang mungkin cukup berharga.
Di sisi lain, mitos ambil bunga pengantin juga bisa menjadi penanda tentang bagaimana budaya populer membentuk persepsi kita tentang cinta dan pernikahan. Ketika tradisi ini diadopsi di berbagai budaya lain yang awalnya tidak mengenalnya, terjadi asimilasi makna yang menarik. Beberapa kalangan bahkan menambahkan ritual sendiri yang sesuai dengan nilai lokal. Jadi, mitos ambil bunga pengantin bukan lagi milik satu budaya, melainkan menjadi praktik global dengan ragam makna.
Akhirnya, apakah seseorang mempercayai mitos ambil bunga pengantin atau tidak, itu kembali pada pilihan pribadi. Yang jelas, tradisi ini sudah menjadi bagian dari narasi romantis dalam banyak pernikahan dan tetap membawa semacam harapan yang hangat. Bahkan kalau hanya dianggap permainan atau simbolis, mitos ambil bunga pengantin tetap punya daya tarik sebagai bagian dari momen berkesan dalam sebuah pesta pernikahan.