
Percaya nggak percaya, mitos telinga berdenging sebelah kiri sudah lama hidup di tengah masyarakat kita, bahkan sebelum istilah medis seperti "tinnitus" dikenal luas. Banyak orang percaya bahwa ketika telinga kiri tiba-tiba berdenging, itu adalah pertanda akan datangnya suatu peristiwa—entah kabar buruk, seseorang sedang membicarakan kita, atau bahkan tanda dari alam gaib. Keyakinan ini tidak hanya ada di Indonesia, tetapi juga muncul dalam berbagai budaya di seluruh dunia, meski dengan interpretasi yang berbeda.
Di Jawa misalnya, mitos telinga berdenging sebelah kiri sering dikaitkan dengan firasat negatif. Orang tua dulu meyakini bahwa jika telinga kiri berdenging tanpa sebab, maka seseorang mungkin sedang membicarakan kita secara tidak baik. Sebagai bentuk "penangkal", biasanya disarankan untuk menggigit jari kelingking atau menyebutkan nama orang yang dicurigai sedang membicarakan kita, lalu mendengarkan apakah dengingnya berhenti. Jika ya, berarti dugaan itu "benar". Sekonyol kedengarannya, mitos telinga berdenging sebelah kiri ini masih bertahan dan diamini sebagian masyarakat.
Sementara itu, dalam kepercayaan Tionghoa, mitos telinga berdenging sebelah kiri justru memiliki penafsiran yang lebih terstruktur dan terperinci. Mereka membagi waktu dalam dua belas jam tradisional Tiongkok (shi chen), dan jika telinga kiri berdenging di waktu tertentu, maka bisa berarti hal baik atau buruk tergantung jamnya. Misalnya, dengingan pada pukul 3 pagi bisa dianggap pertanda bahaya, sementara pada sore hari justru bisa jadi kabar baik akan datang. Di sini terlihat bahwa mitos telinga berdenging sebelah kiri tidak sekadar firasat umum, melainkan sudah seperti sistem ramalan mini.
Dalam masyarakat barat, terutama di budaya Inggris dan Amerika, mitos telinga berdenging sebelah kiri juga tidak asing. Ada ungkapan lama yang berbunyi, “My ears are burning,” yang menunjukkan seseorang merasa sedang dibicarakan oleh orang lain. Meski ungkapan ini tidak menyebut kiri atau kanan secara spesifik, beberapa versi cerita rakyat menyebut bahwa jika telinga kiri berdenging, itu berarti seseorang sedang membicarakanmu dengan niat buruk, sedangkan telinga kanan menandakan pembicaraan positif. Mitos telinga berdenging sebelah kiri pun merambah lintas budaya dan diberi warna sesuai konteks lokal.
Akar dari mitos telinga berdenging sebelah kiri sebenarnya bisa ditelusuri dari masa ketika pemahaman manusia tentang tubuh masih sangat terbatas. Saat gejala aneh muncul tanpa penjelasan medis, manusia terdorong mencari penafsiran sendiri—dan di situlah mitos lahir. Dengingan telinga yang terjadi tiba-tiba, tanpa sebab jelas, memicu kekhawatiran dan akhirnya dibungkus dalam narasi mistis. Maka tidak heran jika mitos telinga berdenging sebelah kiri berbaur erat dengan dunia spiritual dan supernatural dalam berbagai budaya.
Yang menarik, mitos telinga berdenging sebelah kiri masih punya tempat di era modern. Meski kita hidup di zaman digital dengan akses informasi medis yang luas, tidak sedikit orang yang tetap mengaitkan dengingan telinga kiri dengan pertanda metafisik. Media sosial bahkan memperkuat penyebaran mitos ini lewat unggahan-unggahan viral tentang “arti dengingan telinga kiri menurut waktu.” Orang-orang dengan mudah menelan info ini tanpa klarifikasi ilmiah, membuat mitos telinga berdenging sebelah kiri terus bertahan dan berkembang dalam bentuk baru.
Namun, dari sudut pandang medis, fenomena dengingan di telinga disebut dengan tinnitus, dan biasanya terjadi akibat gangguan pada sistem pendengaran. Bisa karena paparan suara keras, infeksi, tekanan darah tinggi, atau stres. Dalam kasus tertentu, tinnitus bisa menjadi gejala kondisi serius seperti masalah saraf atau gangguan pembuluh darah. Sayangnya, karena mitos telinga berdenging sebelah kiri sudah mengakar begitu kuat, banyak orang cenderung mengabaikan kemungkinan medis dan memilih mempercayai tafsir mistis.
Penyebaran mitos telinga berdenging sebelah kiri juga sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menawarkan jasa spiritual. Tak jarang orang yang telinganya berdenging datang ke "orang pintar" untuk mencari tahu maknanya, atau bahkan mencoba mengusir "gangguan" yang dianggap sebagai penyebabnya. Praktik seperti ini makin memperkuat kepercayaan terhadap mitos telinga berdenging sebelah kiri, meskipun dalam banyak kasus tidak ada bukti nyata bahwa penyebabnya memang bersifat gaib.
Di satu sisi, mitos telinga berdenging sebelah kiri bisa dipahami sebagai bagian dari warisan budaya yang memperkaya keragaman cara pandang manusia terhadap tubuh dan alam. Namun di sisi lain, kepercayaan buta terhadap mitos ini juga bisa berbahaya jika membuat seseorang menunda pengobatan atau menolak pemeriksaan medis. Inilah pentingnya edukasi: bukan untuk menghapus budaya, tetapi untuk menyeimbangkan antara tradisi dan logika.
Percaya nggak percaya, mitos telinga berdenging sebelah kiri adalah contoh nyata bagaimana manusia berusaha memahami tubuhnya lewat simbol dan cerita. Meskipun ilmu pengetahuan telah membuka banyak rahasia tentang tubuh manusia, sebagian dari kita masih membutuhkan ruang untuk menafsirkan pengalaman pribadi lewat lensa mitos dan kepercayaan. Mungkin karena pada dasarnya, manusia selalu butuh makna—bahkan untuk suara dengingan yang muncul tanpa alasan jelas.